Memori
Dhika sedang berjalan menelusuri
jalan sambil memegang buku harian Sheila, kekasih Dhika. Sebulan yang lalu
mereka adalah sahabat sejati yang lama kelamaan merangkap menjadi pasangan. Dhika merasa Sheila
merupakan bagian dari hidupnya. Dia berharap Sheila bisa menemaniDhika selama hidupnya sampai
akhir hayat. Pergi bersama menelusuri jauhnya jalanan, meratapi keindahan alam
bersama sambil menghitung berapa bintang dilangit, dan berbagai hal lainnya
yang dilakukan mereka bersama guna menambah kemesraan. Tiga kata pun di
keluarkan Dhika ke Sheila “ Aku cinta kamu.”
Timbulah saat yang sangat tidak
dinantikan Dhika. Saat iman Sheila mulai goyah akan kekuatan cintanya terhadap
Dhika. Setelah sekian lama berpasangan Dhika mulai jarang menemani Sheila
karena kesibukan Dhika. Sheila pun menemui Dhika dan berkata, “Aku mulai merasa
kita bukan satu bagian kamu lagi.” Sheila pun langsung berlari menuju jalan
raya yang penuh kendaraan berkecepatan tinggi. Saat Dhika berhasil membuat
Sheila berhenti, Dhika pun berkata “Shei, aku minta ma……” Sebuah mobil pun
menabrak mereka berdua.
Mereka berdua dibawa ke rumah sakit. Sheila pun terbaring
koma karena kejadian itu, Dhika hanya luka di kepala. Tetapi luka dikepala ini
setelah didiagnosa sudah membuat Dhika menderita. Dhika menderita Short Memory Term atau memori jarak
pendek. Setiap kejadian yang baru dia lakukan maka beberapa saat kemudia dia
akan lupa. Dhika masih ingat tentang Sheila dan bagaimana dia mematahkan
hatinya. Dokter mengatakan agar dia tidak lupa dengan kejadian yang sudah
berlangsung, ada baiknya dicatat atau difoto. Dhika memasuki kamar Sheila dan
menemukan Sheila terbaring lemah. Disampinya Sheila terdapat buku hariannya.
Dhika pun mengambil buku itu
Sesaat Dhika berjalan sambil
membaca buku Sheila, dia menemukan gambar anjing dengan tulisan “Benny”.
“Mungkin inilah lelaki jalang yang merebut Sheila dariku”bilang
Dhika.
Dhika ingat perkataan dokter, lalu dia mengambil pulpen dan menuliskan di tangannya “Benny
pencuri Sheila-ku”. dia buka lagi buku Sheila dan menemukan tulisan Enigma
sebagai pengenal Benny ke Sheila. Dhika pun menulis CARI ENIGMA di tangannya.
Keluar dari rumah sakit, Dhika disambut oleh seseorang.
“Hai Dhika, kenalkan aku Benarto, biasa dipanggil Narto.” “Halo To, tunggu
sebentar !” Dhika pun memotret Narto, dan memberi judul gambarnya “Narto”.
Dhika pun bertanya kepada Narto tentang bagaimana Sheila dan Dhika bisa dikenal
olehnya. Narto menunjukan foto Sheila dan Narto saat kecil dengan seekor
anjing. “ Yang ini anjingku yang namanya sama dengan aku waktu aku kecil.”Dhika
tertawa kecil. Dia hanya membayangi saat ibunya memanggil anjingnya yang
menyaut adalah Narto dan sebaliknya. Kemudian Dhika pun bertanya “apakah kau
kenal Enigma ?” “Enigma? Maaf tidak.” Jawab Narto. Ia melihat di saku Dhika ada
sebuah buku, “bolehkan aku pinjam bukumu?” Saat Dhika melihat ada buku di
sakunya, ia bingung. Untuk apa buku harian Sheila dia bawa. Dhika pun memberi
buku itu ke Narto.
Dhika melanjutkan prjalanan untuk mencari pria berinisial
Benny ini. Maka ia memulai pencarian di warung internet. Nama orang pada zaman
ini sangat mudah dicari, apalagi dengan internet. Sayangnya sesaat ia duduk di
warung internet, ia pun lupa dengan apa yang harus dicarinya. Selama satu jam
dia berdiam diri meikirkan apa yang harus dikerjakannya, ia pun pergi ke
toilet. Di toilet ia mencuci tangannya. Saat membuka tanganya ada tulisan Benny
pencuri Sheila-ku dan Enigma. Saat itupun dia kembali ke komputer untuk
mencatat alamat Enigma berada di kertas.
Dhika pun pergi ke Enigma. Dhika pun langsung pergi
ke rumah tanpa buku itu. Setelah Dhika berada di depan rumah Enigma, ia pun
lupa segala tujuan apa yang menyebabkan dia menuju tempat tersebut. Yang ia
lihat hanya sebuah baretan di tangannya bertulis Enigma. Enigma pun membuka pintu
rumahnya dan melihat Dhika. “Apa yang kamu lakukan disini, Dhika?” Tanya
Enigma. “Aku tidak tahu, dan bagaimana kamu mengenal aku?” balas Dhika”aku pun
kesini karena tulisan Enigma di kertas ini.” Enigma tahu tentang Dhika melalui Sheila, ia
hanya mengetahui dia sebagai mantan Sheila.Dhika langsung mengambil kamera dan
memotret Enigma dan member judul “Enigma”. Dhika menceritakan kejadian yang
menimpa dirinya tentang ingatannya yang jarak pendek dan hubungannya dengan
Sheila.
Enigma tidak percaya tentang
kondisi Dhika, mengambil gelas dan meludahi gelas itu, “ludahi gelas ini
tolong” minta Enigma ke Dhika. Dhika ludahi gelas tersebut. Sambil mengisi
gelas itu dengan air kopi Enigma bercerita. Enigma hanya tahu tentang ketidak
pedulian Dhika kepada Sheila sejak beberapa bulan yang lalu. Setelah itu Enigma
menyodorkan air kopi bekas gelas tadi. Dhika langsung meminumnya satu teguk.
Enigma tertawa terbahak-
bahak. Dhika bertanya “ Kenapa sob ?”, “Tidak apa apa” jawab Enigma.
Dhika pun berusaha untuk meminta maaf dan
mencoba untuk kembali ke Sheila, tapi karena kehadiran Benny, maka kisah
percintaan mereka mulai runtuh. Mendengarnya enigma pun tertawalagi “ hahahaha, hanya
karena Benny kamu kayak gini. Gak mungkin deh bisa balikan, apalagi ditambah
kondisi kamu kayak gini.” Dhika pun mendengarnya agak kesal. Bukannya
memerdulikan Dhika
malah menertawakan dan merendahkan dia.
“Sudah mimpi dirimu akan
mendapatkan kembali Sheila, dengan Benny saja kalah, cupu!” ejek Enigma.
Mendengarnya Dhika pun menampar Enigma.
Enigma dan Dhika pun terdiam kaku. Enigma pun merasa mungkin Dhika ingin sekali
kembali ke Sheila. “Baiklah, kalau kamu ingin tahu si Benny ini, tolong habisi
mantanku bernama Haekal.” Dhika menolak, “Aku tidak akan melakukannya.” “Dengan
kondisi mu sepertiaku bisa memanfaatkan kamu.”Enigma bilang dengan senyum
manisnya. “Buktikan” tantang Dhika. Enigma pun keluar rumahnya selama lima
menit. Dhika pun mencari pulpen, pisau, dan apa saja yang bisa dipakai untuk menuliskan kejadian baru saja
terjadi. Dhika berusaha konsentrasi terhadap apa yang baru terjadi.
Enigma pun masuk setelah 5 menit.
Dan Dhika berkata “Ada apa ?” seolah tidak ada yang terjadi?” Aku ditampar”
jawab Dhika bohong. “siapa yang melakukan?” Tanya Dhika. “Haekal, didekat jalan
besar” jawab Enigma. Dhika langsung menyebrangi jalan besar depan rumah Enigma.
Dia pun langsung mengetuk pintu, saat Haekal membuka pintunya, Dhika menerjang
Haekal seperti macan menerkam kijang. Seketika Haekal langsung pingsan. Dhika
saat ingin memukul Haekal dengan botol minuman keras, ia pun berkata pada
dirinya “apa yang ku pegang ini ?” Dhika mengira dirinya mabuk karena memegang
botol dan melihat Haekal terbaring. Dia pun langsung memfoto Haekal dan keluar.
Diluar rumah ada motor milik Haekal, Dhika juga memotretnya dan memakainya
untuk pergi
ke rumah Enigma.
Enigma melihat dari kejauhan
bahwa motor Haekal datang, ia langsung menyembunyikan diri dirumahnya. Saat
motor dekat, ternyata dhika yang bawa, ia bingung. Dhika langsung menunjukan
foto Haekal dan berkata, “ini siapa ? “ sambil Gerang. Enigma langsung memeluk
Dhika dan berkata “ini bukan siapa siapa. Oh iya ini janjiku karena kamu sudah
melakukan yang aku mau.” Enigma memberi Dhika alamat Benny.
“Benny pernah memberi sesuatu yang berharga kepada
Sheila.” Enigma pun mengantar Dhika keluar rumah. Di luar ada motor milik
haekal, Dhika mengeluarkan kameranya dan mengecek foto motor itu lalu
menunjukan ke Enigma,”motorku”. Enigma hanya bisa tertawa “hahaha, iya iya aja ,deh.
Oh ya, kenapa kamu ingin sekali bertemu si Benny ini, padahal kamu pasti
melupakannya”. “Aku Cuma mau tahu si Benny ini.” jawab Dhika. Sebelum Dhika
menaiki motor, Enigma memberi Dhika pulpen. “Biar ga lupa!” bilang Enigma.
Dhika hanya tersenyum.
Dhika pun menaiki motor itu dan pergi ke rumah sakit
untuk menjenguk Sheila. Setelah satu
meter berjalan, dia melihat Narto
datang menuju dia. Dengan cepat alamat di kertasnya ditulis ditangan dia bagian
telapak tangan dan langsung menutupinya.Kertasnya pun dibuang.. Narto pun
memergoki Dhika “Untuk apa kamu kerumah dia?” tanya Narto.”Aku mencari sesuatu
yang harus kudapatkan.” Jawab Dhika. Dhika pun penasaran apakah dari tadi dia
merasa bahwa Narto sudah mematai Dhika sejak dia ke Enigma. “Hati-hati loh, dia
bukan perempuan yang bisa dipercaya.” Dhika pun langsung melanjutkan perjalanan
ke rumah sakit.
Disepanjang jalan dia memikirkan tentang bagaimana Narto
tahu tentang Dhika. Sejenak dia berhenti di tengah jalan yang sepi, dan
menuliskan dengan pulpen sebuah catatan ditangannya yang masih mulus, Narto
bukan orang yang bisa dipercaya. Setalah itu dia pun melihat ke atas sebuah
papan besar bertuliskan menuju ke Rumah Sakit. Dia pun bertanya ke dalam
dirinya. “Untuk apa aku kerumah sakit?” dia pun mengecek semua coretan yang ada
di tubuhnya. Dia pun teringat dengan Benny. Karena hari mulai gelap dia pun
pergi ke alamat rumah Benny.
Hari sudah gelap. Dhika sudah tiba di depan rumah Narto,
ia bingung mengapa alamatnya sama dengan rumah dari Sheila. Karena dendam sudah
menguasainya, ia pun tidak memperdulikannya. Ia ketuk pintu itu dan seorang
lelaki membuka pintanua dan berkata “Dhika !!” tanpa pikir panjang Dhika pun
menghabisi seorang lelaki yang bermuka samar samar karena kegelapan malam. Saat
sang lelaki sudah terbaring lemah, Dhika menyalakan sakelar lampu dirumah
Benny. Ternyata Narto yang terbaring. “Benny?’ teriak aku. “Itu nama sewaktu
aku kecil” sahut Narto sambil meraut kesakitan. Benarto dipanggil Benny saat
kecil, dan saat dewasa dipanggil Narto. Secara tiba tiba Dhika teringat dengan tawa
Enigma.