Senin, 28 Desember 2009

peringatan buat yang suka bullying

From Kaskus


A true story




Beberapa tahun yg lalu, seorang gadis 15 tahun bernama Lisa Marie meninggal gantung diri di rumahnya. Dia seorang gadis manis dan tinggal di Michigan. Lima hari setelah kematiannya ,ibunya menemukan buku hariannya di kamarnya.



Ibunya ingin mengetahui sebab kematiannya.

Berikut adalah isi buku harian tsb



> > November 7,1999

Dear Diary, hari ini hari pertama sekolah di Michigan. Pada saat saya masuk kelas, saya diejek murid2 cowok yang menyebut saya org aneh. Inilah awal hari yg buruk. Kemudian bbrp murid cewek cantik dan populer mendatangi saya dan memperkenalkan diri mereka. Mereka mengatakan saya org terjelek yang pernah mereka temui. Saya pun menangis. Saya lalu pulang ke rumah dan menelepon Jake. Saya pikir hari ini akan menjadi lebih baik. Namun dia katakan bahwa hubungan jarak jauh tidak bisa bertahan ; sekarang dia tinggal di California. Lalu saya katakan bhw saya mencintainya dan rindu padanya. Tetapi dia mengakui bhw alasan dia pacaran dengan saya adalah karena dia ditantang teman2nya. Dia lalu memutuskan hubungan padahal kami sdh berpacaran selama 2,5 tahun.



November 9,1999

Saya sungguh rindu pada Jake. Tapi dia merubah ! nomor telp-nya shg saya tdk bisa menghubunginya. Hari ini seorang cowok populer mengajak saya ke pesta dansa. Kemudian cewek2 cantik kemarin mengajak saya makan siang bersama. Wow, sungguh menyenangkan !



November 10,1999

Saya sedang menangis sekarang. Ternyata cowok itu brengsek. Dia menumpahkan minumannya pada baju saya lalu cewek2 itu mengoyak baju saya. Semua orang menertawakan saya. Lalu nenek memberitakan bhw papa dan mama tabrakan pagi ini dan mrk dlm keadaan kritis.

Saya tdk sanggup menulis lagi.



November 11,1999

Hari ini Sabtu , nenek dan saya di rumah sakit sepanjang malam. Papa meninggal pagi ini. Mama lumpuh seumur hidup. Sewaktu di RS , nenek baru tahu dia diserang kanker perut dan harus dikemoterapi. Saya masih tdk percaya papa sdh meninggal. Saya sudah capek menangis. Saya letih. Saya harus tidur.



November 12

Papa tdk meniggal ! Tidak mungkin ! Ini semua hanya mimpi. Hidup saya sempurna. Jake msh mencintai saya. Saya tidak bisa menulis lagi. Saya sudah menangis terlalu lama. Saya ingin mati. Bawalah saya.



Keesokan harinya Lisa ditemukan tewas gantung dengan tali berwarna kuning. Saya ibunya. Nama saya Miranda Gonzalez. Saya menulis email ini agar org lain tidak mengalami apa yg dialami anak saya. Ingatlah semua orang ingin dicintai dan dipeluk setiap hari. Tidak ada seorang pun yang pantas diejek dan dihina.



Tak seorangpun yang ingin meninggal seperti anak saya Lisa. Janganlah menjadi orang yang merasa sok popular dan suka merendahkan orang lain hanya karena kita merasa lebih dari mereka.



itu pelajaran buat yang suka bullying

Selasa, 01 Desember 2009

Dampak “Ujian Nasional” dari segi Kacamata Siswa


Kata Ujian nasional sudah tampak tak asing lagi oleh kita, apalagi kebijakan menteri pendidikan ini sudah menjadi indikator kelulusan suatau sekolah dan menjadi penentu kualitas suatu sekolah. Meskipun begitu, tetap saja setiap hal pasti ada positif dan negatifnya.

Dampak Positifnya ialah :

1. Ujian nasional bisa menjadi peningkat mutu siswa dalam proses pembelajaran untuk menjadi SDM yang bermutu, mungkin dalam proses belajar siswa tidak serius dalam menerima pembelajaran, tetapi setelah mendengar kata Ujian Nasional siswa akan serius belajar, apalagi UN juga sebagai penentu siswa untuk memasuki sekolah negeri pilihan.

2. Ujian Nasional juga membuat siswa untuk belajar serius, mungkin dalam keseharian belajar para siswa kurang serius, tetapi bila mendengar kata UN sudah di depan mata, mereka akan belajar lebih semangat dan bersungguh-sungguh guna menyenangkan hati orang tua mereka.

3. Ujian Nasional juga bisa sebagai indikator untuk siswa sudah sampai manakah siswa sudah belajar serius untuk menghadapi masa depan mereka. Dengan nilai hasil ujian siswa, mereka bisa mengetahui apakah mereka sudah maksimal atau belum, bila belum, perlu dimaksimalkan.

4. Siswa juga diajarkan untuk tidak curang seperti menyontek karena pengawasan yang super ketat dan pengawasnya pun bukan dari guru asal sekolah mereka. Bila ada yang mencurigakan para guru tidak segan-segan akan mencatat mereka dan melaporkannya pada panitia ujian guna menentukan hasil akhirnya.

5. Menjadikan siswa juga tidak terlalu bergantung pada guru. Dengan begitu, murid akan mencari bimbel untuk persiapan UN atau mereka akan mempelajari soal UN tahun lalu guna mempersiapkan untuk UN tahun sekarang.

6. Dengan adanya UN, akan menciptakan generasi-generasi bangsa kita yang berkompeten. UN telah menyumbang kontribusi dalam rangka penyamaan mutu pendidikan terhadap dunia internasional.

7. Peraturan dan pelaksaan UN dapat memacu daya kreativitas dan cara berfikir murid sehingga menjadi generasi yang kreatif

Meskipun hanya mendapat 7 segi postif dari Ujian Nasional, tetap saja semua hal pasti ada segi negatif karena tidak ada yang sempurna kecuali Tuhan.

Dampak Negatifnya antara lain adalah :

1. Dampak ujian nasional bagi siswa adalah timbulnya pemahaman yang keliru terhadap makna bejalar di sekolah/madrasah. Tujuan studi (belajar) yang mestinya dalam rangka mencari ilmu (thalab al- ‘ilmi), kecerdasan dan akhlak yang mulia (akhlak al-Karimah) berubah menjadi sekedar meraih elulusan ujian nasional untuk tuga mapel UN. Akibatnya, mapel-mapel yang tidak di- UN- kan akhirnya menjadi dinomorduakan, termasuk gurunya. Kondisi demikian ini masih diperparah oleh sistem pelaksanaan UN-nya tidak jujur. Setiap kali ada pelaksanaan UN hampir pasti muncul aroma yang cukup tajam bahwa ada beberapa sekolah/madrasah yang dalam pelaksanaan UN- nya tidak fair-play alias tidak jujur. Artinya, dalam pelaksanaan UN di tingkat sekolah/madrasah itu panitianya dan tentu dengan “restu” kepalanya secara langsung atau tidak langsung membantu siswa supaya lulus UN, misalnya dengan cara memberi kunci jawaban kepada peserta UN, dan juga bisa dengan cara menggunakan siswa pandai untuk “dicontoh” oleh siswa yang memang lemah.

2. UN telah berlaku tidak adil terhadap siswa yang menjalani proses pendidikan di sekolah yang masih tertinggal, miskin sarana prasarana, ketiadaan guru yang profesional, proses belajar-mengajar seadanya, dan keterbatasan akses terhadap sumber belajar. Mereka dipaksa untuk bisa menghasilkan nilai yang sama dengan siswa dari sekolah yang sudah maju, fasilitas lengkap, guru memadai, dan punya akses yang luas terhadap resources. Input dan proses yang berbeda akan menghasilkan output yang berbeda pula. Siswa dengan latar belakang ekonomi keluarga kuat akan mampu membayar bimbingan belajar di luar sekolah dan mampu menyediakan buku serta bahan ajar yang memadai sehingga kemungkinan untuk lulus UN menjadi lebih besar. Sementara itu, siswa dari keluarga miskin akan mengalami kesulitan membayar bujet ekstra untuk bimbingan belajar di luar sekolah dan tidak mampu menyediakan buku dan bahan ajar lainnya. Karena itu, kemungkinan lulus menjadi lebih kecil. Hasil UN telah mendiskriminasi siswa yang tidak lulus untuk masuk pada pendidikan yang bagus pada jenjang berikutnya. Siswa SLTA yang ikut jalur UNPK mengalami masalahnya sendiri, karena Perguruan Tinggi Negeri tidak bersedia menerima Ijazah persamaan paket C, demikian juga dengan siswa SLTP yang ikut jalur UNPK paket B mereka juga tidak bisa masuk sekolah SMA yang bagus. Disamping itu juga terjadi stigmatisasi siswa yang tidak lulus sebagai kelompok siswa yang gagal dan 'bodoh', mereka akan menangggung beban psikologis dan sosial yang cukup berat. Tidak mengherankan ketika hasil UN diumumkan, terjadi beberapa kasus bunuh diri di kalangan siswa yang tidak lulus

3. Jika hasil UN itu dijadikan indikator untuk memotret kelemahan para siswa dalam praksis pendidikan, hasil UN bisa menjadi efektif dan sangat dibutuhkan untuk bahan perencanaan dalam mengambil kebijakan menyusun langkah-langkah strategis upaya peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan. Dengan demikian, gap mutu yang masih terjadi selama ini bisa diperkecil.Tampaknya, walaupun UN telah dilaksanakan sejak beberapa tahun lalu, hasil UN yang memberikan indikasi kondisi nyata pendidikan tidak banyak ditindaklanjuti. Nyatanya, sekolah yang lima tahun lalu terbelakang tetap saja semakin terpinggirkan dan tetap tidak mampu meluluskan siswanya dalam UN tahun ini.

4. Dampaknya UN pun bisa dilihat bagi yang tidak lulus. Pasti akan berdampak pada psikis. Entah dengan berbagai cara seperti kabur dari rumah, bunuh diri dan lain-lain. Itu dikarenakan mereka tidak ingin mengecewakan orang tua mereka.

5. Siswa pun dibuat tidak percaya diri yang pada akhirnya mereka akan membeli soal atau kunci jawaban dari guru atau oknum lain jadi bisa merugikan siswa dan juga oknum yang menyelenggarakan seperti guru.

6. Merupakan bentuk pelecehan karena, misalnya murid SMP yang sudah belajar selama 3 tahun hanya 3 hari Ujian Nasional dilaksanakan, bagaimana kalau sikap mereka berakhlak yang buruk dan nilai UNnya bagus, pasti akan banyak oknum yang menentangnya.

7. Semua sekolah pun belum tentu kurikulumnya sama dengan yang ditetapkan oleh pemerintah. Bila Ujian nasional dilaksanakan dengan kurikulum yang berbeda, maka para murid akan bingung dan mendapat hasil UN yang kurang maksimal.

8. Ujian Nasional hanya mengujikan mata pelajaran yang rata-rata harus dikuasai siswa seperti matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan bahasa inggris. Bagaimana dengan kesenian. Negara ini tidak maju karena yang mereka hasilkan hanyalah tenaga kerja yang bersifat material, sedangkan SDM luar negeri lebih berkualitas materialnya sehingga menjadikan orang pribumi kita yang menguasai material menjadi pengangguran. Kalau kesenian, hanya bangsa kita yang mempunyai seni yang beragam seperti batik. Bila pemerintah menggunakan kesenian sebagai hal yang harus dikuatkan, maka akan banyak hal yang baru dibuat di negara kita yang bisa memajukan martabat bangsa kita.

9. Siswa pun bisa kalah sebelum bertanding karena stress yang tinggi memikirkan standar nilai yang harus dicapai yang bisa berakibat fatal.

10. Satndar Nilainya pun cepat naik dari tahun ke tahun sehingga siswa susah untuk beradaptasi kepada standar nilai Ujian Nasional tersebut.

11. Sebagian kebijakan UN bisa melumpuhkan motivasi anak karena mereka melihat ada yang belajar bermalasan dan tidak berprestasi bisa lulus karena faktor uang.

Kebijakan UN telah menimbulkan lebih banyak dampak negatif ketimbang dampak positif. Sepatutnya pemerintah mempertimbangkan kembali kebijakan pelaksanaan UN dengan mengevaluasi secara jujur dan jernih serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan yang sesungguhnya. Akan lebih adil jika kewajiban pemerintah terlebih dahulu dilaksanakan dengan membenahi dulu kondisi real pendidikan dan mempersempit disparitas kualitas pendidikan yang ada sebelum memaksa siswa dan guru memenuhi kewajiban untuk mencapai nilai UN yang dikehendaki.